Pengalaman Interview


Sekedar ingin berbagi cerita seputar pengalaman interview.


Suatu ketika saya dan teman saya mengikuti sebuah acara job fair di Bandung, kami tiba pukul 9 pagi dengan antusias berharap suatu saat kami bisa menjadi karyawan pada salah satu perusahaan disana. Berlari dan dalam keadaan baju yang sedikit basah (saat itu sedang hujan) kami langsung menuju pintu masuk, disana kami dihadang oleh 2 orang petugas yang berjaga disana sembari menanyakan QR Code peserta acara. Disana saya sedikit bingung dengan QR Code yang dimaksud, karena sebetulnya kami datang hanya berbekal CV dan berkas lamaran lainnya, seorang petugas menyarankan untuk melakukan registrasi terlebih dahulu melalui online, kemudian kita mulai membuka handphone masing-masing guna melakukan registrasi, proses registrasi online pun selesai dan kami memperolah QR code yang dimaksud, Langsung kami bergegas kembali ke arah pintu masuk dan menunjukkan QR code tersebut.

Singkat cerita kami pun masuk kedalam dengan penuh harapan, terdapat banyak sekali perusahaan baik BUMN maupun swasta disana, dan yg paling membuat kami sangat optimis ketika melihat kualifikasi yang di tentukan perusahaan, hampir semuanya terpenuhi. Walau ada bbrp perusahaan yg menerapkan kualifikasi diluar batas kualifikasi kami.

3 hari kemudian, tepatnya hari sabtu saya bergegas untuk menghadiri undangan psikotes dari perusahaan tersebut, saya datang lebih awal dari teman saya, bahkan setelah setengah jam saya Dan kandidat lain menyelesaikan hampir setengah dari 1 alat test (pada waktu itu dapat TKD) barulah teman saya dengan wajah kucel.

Antre dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya, dan drop berkas dari perusahaan satu dan perusahaan lainnya, sampai pada salah satu perusahaan yang saya rasa cukup kredibel di Indonesia. Setelah saya memberikan berkas lamaran ke HRD yang bertugas, saya langsung diminta untuk kembali lagi jam 1 siang untuk melakukan proses wawancara (saat itu masih jam 12). Kemudian saya langsung mencari teman saya yang pada saat itu kebetulan kita drop berkas masing-masing, kemudian saya ceritakan tentang informasi wawancara yang disampaikan oleh karyawan HRD tersebut, kemudian teman saya mempertanyakan, kenapa ia tidak diinformasikan hal yang sama, padahal ia juga melamar ke perusahaan tersebut, dan terlihat raut pesimis diwajahnya seraya berkata "mungkin aku gak diterima, yaudah deh, kamu aja yang kesana, aku tunggu" namun dengan melihat wajahnya tersebut, saya memberikan masukkan untuk ia datang saja di jam 1 Siang untuk melakukan wawancara juga, namun ia sedikit ragu, dan kembali saya meyakinkan ia untuk tetap ikut Dan menerima undangan wawancara.

Singkat cerita, waktu menunjukkan pukul 1 siang, waktunya untuk hadir di ruangan wawancara, para petugas menyiapkan beberapa berkas dari beberapa kandidat, namun ketika petugas memastikan bahwa yang hadir merupakan kandidat yang berkasnya sudah ditangan mereka, disaat itu juga teman saya mulai pesimis kembali dan terlebih ketika ternyata berkasnya tidak termasuk dalam kumpulan berkas yang lolos, namun kembali saya sarankan untuk ia mempersiapkan kembali berkasnya dann memberikan kepada petugas secara langsung, akhirnya ia mengikuti wawancara dengan nomor urut pertama dan disusul oleh saya.

Setiba giliran saya, beberapa pertanyaan diajukan kepada saya, namun Alhamdulillah dapat saya jabarkan sebaik mungkin, sampai pada beberapa pertanyaan, yaitu :
"Kamu kan berasal dari bidang psikologi, kamu lulusan psikologi tapi pengalaman kerja kamu kebanyakan di marketing, apa gak Ada yang salah dengan kamu? Atau apa kamu gak merasa sayang dengan ilmu yang selama ini kamu pelajari, namun kurang dimanfaatkan tepat guna selama bekerja? Dan saya sangat menyayangkan ketika lulusan psikologi bekerja diluar jalur bidang keilmuannya, saya Juga dari psikologi dan saya bekerja sebagai hrd sudah 15 tahun, karena saya bangga sebagai lulusan psikologi" kata karyawan hrd tsb.

Namun saya menjawab : "Terimakasih atas pertanyaannya Pak, sangat disayangkan sekali ketika ada pemikiran bahwa psikologi hanya akan tepat guna bila hanya diterapkan di posisi psikologi, dalam artian HRD Dan sejenisnya, karena saya berfikir selama sebuah pekerjaan masih berkaitan dengan manusia, selama itu psikologi akan sangat bermanfaat, dan apabila bapak merasa selama ini ilmu yang saya pelajari belum sangat tepat guna, maka beri saya kesempatan untuk bisa menerapkan ilmu saya ke Hal tepat guna yang bapak maksud".

Terlihat wajahnya sedikit kesal, namun secara professional ia menyelesaikan proses interview tersebut. Proses seleksi pun selesai, kita diminta untuk hadir dan mengikuti proses psikotes di hari sabtu (3 Hari dari saat itu), disana saya merasa senang sekali terutama melihat raut wajah teman saya yang tadinya sangat murung dan pesimis berubah menjadi optimis dan gembira dan dengan terburu langsung duduk di sebelah saya.

Sembari mengambil soal dan lembar jawaban ia pun bertanya tentang jawaban dari tes tersebut kepada saya. Sontak saya langsung kaget, namun saya tetap memberikan jawaban tersebut karena saya tau dia sangat terlambat dan akan banyak tertinggal untuk pengerjaan tes selanjutnya, disisi lain saya sedikit kesal dengan perilaku menconteknya dan sempat tercetus dengan nada bercanda, saya bilang "IPK cumlaude tapi psikotes nyontek, kelihatan yang waktu mahasiswanya suka nyolek2 dosen, hahaha" dan ia pun sempat sedikit kesal walau sedikit tertawa, kemudian ia pun menjawab "Lu kan dari psikologi, jadi harusnya lu pintar kerjain tes gini aja, jadi aku percaya semua jawabanmu, hahaha" dan sampai pada akhir tes, kita pun mengerjakan alat tes tersebut sembari bercanda, walau kadang serius. Sungguh Hari yang aneh dan menyenangkan menurut saya.



Comments

Popular posts from this blog

Hari Pertama Masuk Kerja PT. Excel Metal Industry

9 Tahun bekerja di PT. Excel Metal Industry